Minggu, 28 April 2013

Bronkopneumonia


BRONKOPNEUMONIA
A.      BATASAN
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.

B.       ETIOLOGI
Etiologi  pneumonia  pada  balita  sukar  untuk  ditetapkan  karena  dahak biasanya  sukar  diperoleh.  Sedangkan  prosedur  pemeriksaan  imunologi  belum memberikan  hasil  yang  memuaskan  untuk  menentukan  adanya  bakteri  sebagai penyebab pneumonia. Etiologi pneumonia antara lain:
1.  Bakteri       : Diplococcus  pneumonia,  Pneumococcus,  Streptococcus hemolyticus,  Streptococcus  aureus,  Hemophilus  influenza,  Bacillus Friedlander.
2.  Virus          :  Respiratory  syncytial  virus,  virus  influenza,  adenovirus, cytomegalovirus.
3.  Jamur         :  Mycoplasma  pneumoces  dermatitides,  Coccidioides immitis, Aspergillus, Candida albicans.
4.  Aspirasi      : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.

C.      PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonates. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolic dan gagal nafas.


D.      DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala yang timbul antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan di sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukka gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis, atau ileus.
Pemeriksaan fisik
Tanda yang mungkin ada adalah suhu 39,5C, dispnea; inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena.
Pemeriksaan penunjang
1.      Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri
2.      Pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya.
3.      Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4.      Pada foto dada terlihat infiltrate alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luas kelainanpada gambaran radiologis biasa sebanding dengan derajat klinis penyakit, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologis lebih berat daripada keadaan klinis. Gambaran lain yang dapat dijumpai:
a).    Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris
b).    Penebalan pleura pada pleuritis
c).    Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel.
(PDT anak, 2008)
E.       KOMPLIKASI
1.      Pleuritis
2.      Efusi pleura
3.      Pneumotoraks
4.      Piopneumotoraks
5.      Abses paru
6.      Gagal nafas

F.       PENATALAKSANAAN
1.      Pemberian oksigenasi: dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.
2.      Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu dan status hidrasi.
3.      Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui selang nasogastrik
4.      Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5.      Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
6.      Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan penyebab. Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan penggantian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung: kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab:
a).    Stafilokokus         : perlu 6 minggu parenteral
b).    Haemophylus influenzae/Streptococcus pneumonia: cukup 10-14 hari
Pada keadaan immunokompromis (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik: cephalosporin generasi 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar